In eighty two years, gontor with its spirit, values, systems, and philosophies, colors a life in Islamic spirit, assumed a form of new culture within Gontor community, the Islamic Community.
It was based on the desire of Gontor’s Trimurti to built a thousand Gontors, and by means of all seriousness and strong will of the it’s headmasters, theachers, students, and all alumnus, the Gontor community with it’s culture is spread as islamic magnificence on the world.
And at its moment, Gontor culture will color world’s life. Gontor culture will become the world’s culture. By means of Gontor culture, we color the world.
Petikan kata diatas adalah tema dan misi Pagelaran Seni Panggung Gembira 682 Siswa Akhir KMI (Kulliyatu-l Mu’allimin Al-Islamiyah) Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo). Tema ini diambil bukan karena kesombongan, namun terlebih pada keoptimisan kami sebagai siswa akhir KMI yang akan terjun dan mulai berkiprah baik di pondok ataupun di masyarakat. Memang sepertinya temanya itu kebesaran nama, namun itu menunjukkan semangat kami ang menggebu-gebu. Hal ini selaras dengan perkataan para kyai kita, “Wujudkan seribu Gontor di Dunia”
Panggung Gembira 682 diadakan di Pondok Gontor pada tanggal 6 desember 2007. Acara ini berlangsung amat meriah. Terlihat dari para penonton yang memenuhi bangku dan sebagian lain naik ke gedung Aligarh lantai dua hanya untuk menyaksikan acara PG ini. Sebagian yang lain duduk di tangga masjid Jami’ atau dimana saja yang penting dapat melihat acara mahakarya seni ini.
Pagelaran Seni Panggung Gembira ini adalah acara penghujung dari rentetan acara Pekan Perkenalan Khutbatu-l Arsy Pondok Modern Darussalam Gontor. Jadi, acara ini bukan acara komersial yang diadakan untuk mendapatkan keuntungan, namun lebih dari itu acara ini ditujukan untuk pendidikan. Didalamnya para santri dilatih untuk tampil diatas panggung, saling berkomunikasi dan berkolaborasi untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
PG (Panggung Gembira) pada tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Ada halhal yang baru misalnya: symphony 682, Candi (Canda Islami) yang diselingi dengan film nagabonar jadi 2, Tari Nusantara yang tidak terputus, Tari Aceh Terpanjang, dan lain sebagainya. Lagi pula cuaca malam hari penampilan sangat cerah, tidak seperti acara PG pada tahun-tahun sebelumnya yang diguyur hujan.
KH Hasan Abdullah sahal menilai acara ini cukup bagus dan menggembirakan. Hal ini terbukti dari keserasian pemain, panggung, lighting dan kolaborasi yang bagus. Sehingga ia berujar, “panggung gembira kali ini hebat tanpa cacat”.
Tanpa cacat disini lebih ditekankan pada pergantian dari satu acara ke acara lainya tanpa jeda, membuat para penonton terus membuka matanya yang pada akhirnya tanpa terasa sudah pertengahan malam dan acara pun telah selesai. Jadi, seakan mereka tidak merasakan kepenatan yang berarti. Bahkan diantara para anggota ada yang makanan kecil yang dibawanya belum sempat termakan karena melotot menonton PG 682 dari awal hingga akhir tanpa jeda.
Mari, Dari Gontor Dengan seluruh Peradabanya Kita Warnai Dunia
lah aku dimana tu.......
di mana aja boleh...